Judul Buku : Alkisah Kasih
Pengarang : Lea Agustina Citra
Jumlah Halaman : 304 Halaman
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2016
Pada bab pertama, pembaca akan disuguhkan dengan kisah berbalut sejarah yaitu tentang Legiun Mangkunegaran. Apa sih Legiun Mangkunegaran? Dalam ceritanya, penulis sudah cukup menjelaskan bahwa Legiun Mangkunegaran ini adalah pasukan pribumi yang dilatih oleh Belanda dengan tujuan untuk membantu mereka dalam peperangan. Lho? Berarti pasukan pribumi melawan pribumi, dong. Eh tapi, fokus kita bukan mengenai pasukan ini ya! Selain mengangkat sejarah mengenai Legiun Mangkunegaran, cerita ini menceritakan tentang sebuah keluarga keturunan ningrat dengan tokoh utama bernama Andjani.
Siapa sih Andjani? Andjani digambarkan sebagai perempuan berparas cantik, memiliki kecerdasan, serta karir yang hebat. Ia lahir ditengah-tengah keluarga keturunan kerajaan. Hidupnya penuh dengan kecukupan. Tapi, kisahnya tidak serta merta berjalan dengan mulus. Selama 25 ---dua puluh lima tahun ia hidup, seluruh keputusan hidupnya ada di tangan Eyang Putri! Bahkan jodohnya sekalipun. Andjani dewasa mulai memutar otak bagaimana caranya ia bisa keluar dari perjodohan itu. Munculah perjanjian, apabila sebelum umur 25 tahun Andjani sudah bisa membawa calonnya sendiri, maka perjodohan itu batal. Banyak cara dan kisah yang dilalui Andjani dalam perjalanan mencari cintanya, mulai dari support sahabat, pertentangan dari Eyang Putri dan Ibu, hingga pertemuannya dengan seorang dokter anestesi bernama Adrian yang berhasil membuat Andjani merubah jalan pikirnya. Andjani jadi berpikir dua kali, apakah ia akan melanjutkan perjodohan tersebut atau tidak?
Novel ini memang memiliki jalan cerita yang cukup pasaran, ya tentang cinta. Coba sebutkan berapa puluh ribu judul novel yang mengisahkan tentang cinta dan perjodohan. Namun, menurut saya tetap saja penulis berhasil membawa ceritanya menjadi menarik. Kisah Andjani sebagai seorang wanita yang hidupnya harus serba diatur sangat relate dengan kehidupan sekarang. Bagaimana seorang manusia tidak bisa bebas memilih jalan hidupnya sendiri dan merasa tidak merdeka dengan pilihannya.
Selama membaca, pembaca akan dibawa berkelana dengan tingkah-tingkah Andjani yang suka membantah titah Eyang Putri. Terlalu kuno, norak, katanya. "Pemikiran Eyang sama Ibu udah ga jaman sekarang" pikirnya begitu. Mulai dari perdebatan-perdebatan kecil hingga ribut besar sudah mereka lewati. Apakah Andjani berhasil menjadi manusia yang bebas dari aturan tersebut? Bagaimana akhir kisah cintanya? Perjodohan diterima atau Andjani berakhir bersama Adrian si dokter anestesi yang datangnya tiba-tiba?
